Selasa, 25 Desember 2012

tugas makalah akhlak


TUGAS MAKALAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
“AKHLAK”


LOGO_GUNADARMA.jpg


Disusun Oleh:

Nama / NPM         :     Chika Lorenthia Nandalika     / 34411962
Kelas                      :     2 ID05                        



                                               

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
BEKASI
2012



KATA PENGANTAR


          Assalamualaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT. Shalawat dan salam selalu saya tuuturkan  kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya saya mampu menyelesaikan tugas makalah ini untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam. Ucapan terima kasih juga saya ucapkan kepada Bapak Rahmat, selaku Dosen Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam atas tugas yang telah diberikan sehingga menambah pemahaman saya tentang Akhlak.
            Dalam penyusunan tugas atau materi ini tidak sedikit hambatan yang saya hadapi. Namun saya menyadari bahwa kelancaran dalam penulisan dan penyusunan makalah ini tidak lain berkat Allah SWT sehingga kendala-kendala yang saya hadapi dapat teratasi. Makalah ini disusun selain untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam juga disusun untuk memperluas ilmu tentang Akhlak dalam Agama Islam, yang saya dapatkan dari berbagai macam sumber informasi dan referensi.
            Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para Mahasiswa Universitas Gunadarma dan yang lainnya. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu kepada Dosen Mata Kuliah saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah saya dimasa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca termasuk.
            Wassalamualaikum Wr. Wb.







 BAB I
PENDAHULUAN


          Sebagaimana telah diketahui bahwa komponen utama Agama Islam adalah akidah, syari’ah dan akhlak. Penggolongan itu didasarkan pada penjelasan Nabi Muhammad kepada Malaikat Jibril di depan para sahabatnya mengenai arti Islam, Iman dan Ihsan yang ditanyakan Jibril kepada Beliau. Intinya hampir sama dengan isi yang dikandung oleh perkataan akidah, syari’ah dan akhlak. Perkataan ihsan diatas berasal dari kata ahsana-yuhsinu-ihsanan yang berarti berbuat baik.
            Di dalam Al-Qur’an terdapat kata ihsan yang artinya berbuat kebajikan atau kebaikan diantaranya terdapat pada surat an-Nahl (16) ayat 90 dan kebaikan terdapat pada surat ar-Rahman (55) ayat 60. Baik kebajikan atau kebaikan rapat hubungannya dengan akhlak.
Kata akhlaq yang kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi akhlak berasal dari kata khilqun, yang mengandung segi-segi persesuaian kata khaliq dan makhluq. Dari sinilah asal perumusan ilmu akhlak yang merupakan koleksi ugeran yang memungkinkan timbulnya hubungan yang baik antara makhluk dan Khalik serta antara makhluk dan makhluk lainnya.
Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam. Ia dengan takwa, yang akan dibicarakan nanti, merupakan ‘buah’ pohon Islam yang berakar akidah, bercabang dan berdaun syari’ah. Pentingnya kedudukan akhlak, dapat dilihat dari berbagai sunnah qauliyah (sunnah dalam bentuk perkataan) Rasulullah. Diantaranya adalah :
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak” (HR. Ahmad)
“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya” (H.R. Tarmizi)
Dan, akhlak Nabi Muhammad yang diutus menyempurnakan akhlak manusia itu disebut akhlak Islam atau akhlak Islami, karena bersumber dari wahtu Allah yang kini terdapat dari Al-Qur’an yang menjadi sumber utama agama dan ajaran Islam. Dikalangan umat Islam masalah yang penting ini sering kurang digambarkan secara baik dan benar kalau dibandingkan dengan penggambaran tentant syari’at, terutama yang berhubungan dengan shalat, sehingga akibatnya karena tidak mengenal butir-butir akhlak agama Islam, dalam praktek, tingkah laku kebanyakan orang Islam tidak sesuain dengan akhlak Islami yang disebut di dalam Al-Qur’an dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad dalam kehidupan beliau sehari-hari.


BAB II
AKHLAK


2.1              Pengertian dan Ruang Lingkup Akhlak
Kata akhlak berasal dari kata  khilqun,  yang mengandung segisegi persesuaian kata khaliq dan makhluq. Dalam Bahasa Indonesia yang lebih mendekati maknanya dengan akhlak adalah budi pekerti. Baik budi pekerti maupun akhlak  mengandung makna yang ideal, tergantung pada pelaksanaan atau penerapannya melalui tingkah laku yang mungkin positif atau baik,  seperti amanah, sabar, pemaaf, rendah hati dll. Dan mungkin negatif atau buruk, seperti sombong, dendam, dengki, hianat dll.  
Akhlak adalah kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindak lanjut yang dihayati dalam kenyataan hidup sehari-hari. Dari kelakuan itu lahirlah perasaan moral (moralsence) yang terdapat di dalam diri manusia sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Menurut definisi yang dikemukakan oleh Imam Al-Ghazali,  akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia) yang dapat melahirkan suatu perbuatan  yang mudah dilakukan, tanpa terlalu banyak pertimbangan dan pemikiran yang lama. Suri teladan yang diberikan Rasulullah SAW. selama hidup beliau merupakan contoh akhlak yang tercantum dalam Al-Qur’an. Butir-butir akhlak yang baik yang disebut dalam ayat yang ada di dalam AlQur’an terdapat juga dalam Al-Hadits yang memuat perkataan, tindakan dan sikap diam Nabi  Muhammad SAW. selama kerasulan beliau 13 tahun di Mekkah dan 10  tahun di Madinah. Menurut Siti‘Aisyah ra. (Isteri Rasulullah SAW.), bahwa  akhlak Rasulullah SAW adalah Al-Qur’an. Dan di dalam Al-Qur’an pun Rasulullah SAW. Dipuji oleh Allah SWT. dengan Firman-Nya
“Dan engkau Muhammad, sungguh memiliki akhlak yang
agung”. (QS. Al-Qalam ayat 4).
Suatu perbuatan baru dapat disebut sebagai cerminan akhlak, jika memenuhi syarat :
1.      Dilakukan berulang-ulang sehingga hampir menjadi suatu kebiasaan.
2.      Timbul dengan sendirinya, tanpa pertimbangan yang lama dan dipikir-pikir terlebih dahulu.
Secara garis besarnya akhlak dibagi dua, yaitu :
1. Akhlak terhadap Allah SWT.
2. Akhlak terhadap makhluk (semua ciptaan Allah SWT.)
Akhlak terhadap makhluk dapat dibagi dua, yaitu :
1. Akhlak terhadap manusia
2. Akhlak terhadap bukan manusia
Akhlak terhadap manusia dibagi dua, yaitu :
1. Akhlak terhadap diri sendiri
2. Akhlak terhadap orang lain
Akhlak terhadap bukan manusia dibagi dua, yaitu :
1.    Akhlak terhadap makhluk hidup bukan manusia, seperti akhlak
terhadap tumbuh-tumbuhan (flora) dan hewan (fauna)
2.  Akhlak terhadap makhluk (mati) bukan manusia, seperti akhlak
terhadap tanah, air, udara dsb. Akhlak terhadap manusia dan
bukan manusia, kini disebut akhlak terhadap lingkungan hidup


2.2              AKHLAK KEPADA ALLAH
           Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Tuhan sebagai Khalik. Sikap atau perbuatan itu memiliki ciri-ciri perbuatan akhlak sebagaimana telah disebut diatas. Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu beakhlak kepada Allah.
Pertama, karena Allah-lah yang mencipatakan manusia. Dia yang menciptakan manusia dari air yang ditumpahkan keluar dari tulang punggung dan tulang rusuk hal ini sebagaimana di firmankan oleh Allah dalam surat at-Thariq ayat 5-7 yang artinya sebagai berikut :
“(5) Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?, (6) Dia tercipta dari air yang terpancar. (7) yang terpancar dari tulang sulbi dan tulang dada.”(at-Thariq : 5-7)
Kedua, karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan panca indera, berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, disamping anggota badan yang kokoh dan sempurna kepada manusia. Firman Allah dalam surat, an-Nahl ayat 78 yang artinya adalah :

“Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur”. ( Q.S an-Nahal : 78)
Ketiga, karena Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan lainnya. Firman Allah dalam surat al-Jatsiyah ayat 12-13 yang memiliki arti sebagai berikut :

"(12) Allah-lah yang menundukkan lautan untuk kamu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya, supaya kamu dapat mencari sebagian dari karunia-Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur. (13) Dan Dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari pada Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kamu yang berpikir.” (Q.S al-Jatsiyah : 12-13 )

Keempat, Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan, daratan dan lautan. Firman Allah dalam surat Al-Israa' ayat, 70 yang memiliki arti, yaitu :

"Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak cucu Adam, Kami angkut mereka dari daratan dan lautan, Kami beri mereka dari rizki yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (Q.S al-Israa : 70)
            Sementara itu menurut pendapat Quraish Shihab bahwa titik tolak akhlak kepada Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji, demikian agung sifat itu, jangankan manusia malaikat pun tidak akan mampu menjangkaunya.
            Sedangkan menurut Kahar Masyhur dalam bukunya yang berjudul “Memnina Moral dan Akhlak” bahwa akhlak terhadap Allah itu antara lain :
1.      Cinta dan ikhlas kepada Allah SWT.
2.      Berbaik sangka kepada Allah SWT.
3.      Rela terhadap kadar dan qada (takdir baik dan buruk) dari Allah SWT.
4.      Bersyukur atas nikmat Allah SWT.
5.      Bertawakal / berserah diri kepada Allah SWT.
6.      Senantiasa mengingat Allah SWT.
7.      Memikirkan keindahan ciptaan Allah SWT.
8.      Melaksanakan apa yang diperintahkan dan dilarang Allah SWT.
Dari uraian-uraian diatas dapat dipahami bahwa akhlak terhadap Allah SWT, yaitu bahwa manusia seharusnya selalu mengabdikan diri hanya kepada-Nya sematadengan penuh keikhlasan dan bersyukur kepada-Nya, sehingga ibadah yang dilakukan ditunjukkan untuk memperoleh keridhaan-Nya. Dalam melaksanakan kewajiban yang diperintahkan oleh Allah, terutama melaksanakan ibadah-ibadah pokok, seperti shalat, zakat, puasa, haji, haruslah menjaga kebersihan badan dan pakaian, lahir dan batin dengan penuh keikhlasan. Tentu yang tersebut bersumber kepada Al-Qur’an yang harus dipelajari dan dipelihara kemurniannyadan pelestariannya oleh umat Islam.

2.3              AKHLAK TERHADAP SESAMA MANUSIA
Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Qur'an berkaitan dengan perlakuan sesama manusia. Petunjuk dalam hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negative seperti membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta tanpa alasan yang benar, tetapi juga sampai kepada menyakiti hati dengan cara menceritakan aib sesorang dibelakangnya, tidak perduli aib itu benar atau salah. Dalam hal ini Allah berfiman dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 263 yang artinya sebagai berikut:
"Perkataan yang baik dan pemberian ma'af, lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan penerimanya), Allah Maha Kaya Lagi Maha Penyantun.” (al-Baqarah :263)
            Di sisi lain Al-Qur'an menekankan bahwa setiap orang hendaknya didudukan secara wajar. Tidak masuk kerumah orang lain tanpa izin, jika bertemu saling mengucapkan salam, dan ucapan yang dikeluarkan adalah ucapan yang baik, hal ini dijelaskan dalam surat an-Nur ayat 24 yang dapat diartikan sebagai berikut :
"Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjaka”. (An-Nur : 24)

2.4              AKHLAK TERHADAP MAKHLUK SELAIN MANUSIA
            Yang dimaksud dengan lingkungan adalah segala sesuatu yang disekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan maupun benda-benda yang tidak bernyawa.
            Pada dasarnya akhlak yang diajarkan al-Qur'an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaanya.
Dalam pandangan Islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum matang, atau memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak memberi kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan penciptaannya. Ini berarti manusia dituntut mampu menghormati proses yang sedang berjalan, dan terhadap proses yang sedang terjadi. Yang demikian mengantarkan manusia bertangung jawab, sehingga ia tidak melakukan perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada diri manusia itu sendiri. Binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa semuanya di ciptakan oleh Allah SWT, dan menjadi milik-Nya, serta kesemuanya memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan seorang muslim untuk menyadari bahwa semunya adalah "umat" Tuhan yang harus diperlakukan secara wajar dan baik.

2.5              PERBANDINGAN UKURAN AKHLAK dengan FILSAFAT ETIKA
Perkataan akhlak sering juga disamakan dengan kesusilaan atau sopan santun. Bahkan, supaya kedengarannya lebih modern dan mendunia, perkataan akhlak kini sering diganti dengan kata moral atau etka. Moral berasal dari Bahasa Latin yakni Mores, jamak kata mos yang berarti adat kebiasaan. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, moral artinya ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, budi pekerti dan akhlak. Moral adalah istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas suatu sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang layak dikatakan benar, salah, baik dan buruk. Dimasukkannya penilaian benar atau salah ke dalam moral, jelas menunjukkan salah satu perbedaan antara moral dengan akhlak, sebab benar salah adalah penilaian di pandang dari sudut hukum yang di dalam agama Islam tidak dapat dicerai pisahkan dengan akhlak.
Etika berasal dari Bahasa Yunani yakni Ethos, yang berarti kebiasaan. Yang dimaksud adalah  kebiasaan baik atau kebiasaan buruk. Umumnya, kata etika diartikan sebagai ilmu. Makna etika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral atau akhlak. Di dalam Ensiklopedi Pendidikan, diterangkan bahwa etika adalah filsafat tentang nilai, kesusilaan tentang baik dan buruk. Kecuali mempelajari nilai-nilai, etika merupakan pengetahuan tentang nilai-nilai itu sendiri.  Sebagai cabang filsafat yang mempelajari tingkah laku manusia untuk menentukan nilai perbuatan  baik atau buruk, ukuran yang dipergunakannya adalah akal pikiran. Akallah yang menentukan apakah perbuatan manusia itu baik atau buruk. Kalau moral dan etikadiperbandingkan, maka moral lebih  bersifat praktis, sedangkan etika bersifat teoritis. Moral bersifat lokal, sedangkan etika bersifat umum (regional).
Akhlak Islami berbeda dengan moral dan etika. Perbedaannya dapat dilihat terutama dari sumber yang menentukan mana yang baik dan mana yang buruk. Yang baik menurut akhlak adalah segala sesuatu yang berguna, yang sesuai dengan nilai dan norma agama; nilai dan norma yang terdapat dalam masyarakat, bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Yang buruk adalah segala sesuatu yang tidak berguna, tidak sesuai dengan nilai dan norma agama serta nilai dan norma masyarakat, merugikan masyarakat dan diri sendiri. Yang menentukan baik dan buruk suatu sikap yang melahirkan perilaku atau perbuatan manusia, di dalam agama dan ajaran Islam adalah AlQur’an yang dijelaskan dan dikembangkan oleh Rasulullah SAW  dengan sunnah beliau yang kini dapat dibaca dalam kitab-kitab hadits. Yang menentukan perbuatan baik atau buruk dalam moral dan etika adalah adat istiadat dan pikiran manusia dalam masyarakat pada suatu tempat di suatu masa. Di  pandang dari sumbernya, akhlak islami bersifat tetap dan berlaku untuk selama-lamanya, sedangkan moral dan etika berlaku selama masa tertentu di suatu tempat tertentu. Konsekuensinya, akhlak Islami bersifat mutlak, sedangkan
moral dan etika bersifat relatif (nisbi).

2.6              IMPLEMENTASI AKHLAK dalam KEHIDUPAN BERSAMA.
Butir-butir akhlak di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits bertebaran laksana gugusan bintang-bintang di  langit. Selain satu butir dapat dilihat dari berbagai segi, juga mempunyai kaitan bahkan persamaan dengan taqwa. Karena itu hanya dicantumkan beberapa saja sebagai contoh, diantaranya adalah :
1.    Akhlak terhadap Allah SWT. antara lain :
a.    Al-Hubb, yaitu mencintai Allah SWT. melebihi cinta kepada apa dan siapapun juga dengan mempergunakan firman-Nya dalam Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dan kehidupan; Kecintaan kita kepada Allah SWT. diwujudkan dengan cara melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.
b.    Al-Raja, yaitu mengharapkan karunia dan berusaha memperoleh keridhaan Allah SWT.
c.    As-Syukr, yaitu mensyukuri nikmat dan karunia Allah SWT.
d.   Qana’ah, yaitu menerima dengna ikhlas semua qadha dan qadhar Allah SWT. setelah berikhtiar maksimal (sebanyakbanyaknya, hingga batas tertinggi).
e.    Memohon ampun hanya kepada Allah SWT.
f.     At-Taubat, yaitu bertaubat hanya kepada Allah SWT. Taubat yang paling tinggi adalah taubat  nasuha yaitu taubat benarbenar taubat, tidak lagi melakukan perbuatan sama yang dilarang Allah SWT. dan dengan tertib melaksanakan semua perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.
g.    Tawakal berserah diri kepada Allah SWT.
2.  Akhlak terhadap Makhluk, dibagi dua yakni :
A. Akhlak terhadap Manusia, diantaranya :
1)   Akhlak terhadap Rasulullah (Nabi Muhammad SAW.), diantaranya.
a Mencintai Rasulullah SAW. secara tulus dengan mengikuti semua sunnahnya.
b. Menjadikan Rasulullah SAW. sebagai idola, suri teladan dalam hidup dan kehidupan.
c. Menjalankan apa yang disuruh-Nya, tidak melakukan apa yang dilarang-Nya.
2)   Akhlak terhadap Orang Tua (birrul walidain), diantaranya :
a.       Mencintai mereka melebihi cinta kepada kerabat lainnya.
b.      Merendahkan diri kepada keduanya diiringi perasaan kasih sayang.
c.       Berkomunikasi dengan orang tua dengan hikmat, mempergunakan kata-kata lemah lembut.
d.      Berbuat baik kepada bapak-ibu dengan sebaikbaiknya, dengan mengikuti nasehat baiknya, tidak menyinggung perasaan dan menyakiti hatinya, membuat bapak-ibu ridha.
e.       Mendo’akan keselamatan dan keampunan bagi mereka kendatipun seorang atau kedua-duanya telah meninggal dunia.
3)   Akhlak terhadap Diri Sendiri, diantaranya :
a.    Memelihara kesucian diri.
b.    Menutup aurat (bagian tubuh yang tidak boleh kelihatan, menurut hukum dan akhlak Islam).
c.    Jujur dalam perkataan dan berbuat ikhlas serta rendah diri.
d.   Malu melakukan perbuatan jahat.
e.    Menjauhi dengki dan menjauhi dendam.
f.     Berlaku adil terhadap diri sendiri dan orang lain.
g.    Menjauhi segala perkataan dan perbuatan sia-sia.
4)   Akhlak terhadap Keluarga, diantaranya :
a.    Saling membina rasa cinta  dan kasih sayang dalam kehidupan  keluarga
b.    Saling menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak.
c.    Berbakti kepada bapak-ibu.
d.   Mendidik anak-anak dengan kasih sayang.
e.    Memelihara hubungan silahturrahim dan melanjutkan silahturrahmi  yang dibina orang tua yang telah meninggal dunia.
5)   Akhlak terhadap Tetangga, diantaranya :
a.       Saling mengunjungi.
b.      Saling bantu di waktu senang, lebih-lebih tatkala susah.
c.       Saling beri-memberi, saling hormat-menghormati.
d.      Saling menghindari pertengkaran dan permusuhan.
6)   Akhlak terhadap Masyarakat, diantaranya :
a.       Memuliakan tamu.
b.      Menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat bersangkutan.
c.       Saling menolong dalam melakukn kebajikan dan taqwa.
d.      Menganjurkan anggota masyarakat termasuk diri sendiri berbuat baik dan mencegah diri sendiri dan orang lain melakukan perbuatan jahat (mungkar).
e.       Memberi makan fakir miskin dan berusaha melapangkan hidup dan kehidupannya.
f.       Bermusyawarah dalam segala urusan mengenai kepentingan bersama.
g.      Mentaati putusan yang telah diambil.
h.      Menunaikan amanah dengan jalan melaksanakan kepercayaan yang diberikan seseorang atau masyarakat kepada kita.
i.        Menepati janji.
7)   Akhlak  terhadap Bukan  Manusia (Lingkungan Hidup) diantaranya :
a.       Sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup.
b.      Menjaga dan memanfaatkan alam terutama hewani dan nabati, flora dan fauna yang sengaja diciptakan Allah SWT. untuk kepentingan manusia dan makhluk lainnya.
c.       Sayang pada sesama makhluk.
Butir-butir di atas merupakan  akhlak yang baik. Ulama akhlak menyatakan bahwa akhlak yang baik merupakan sifat para Nabi dan orang-orang shiddiq, sedangkan akhlak yang buruk merupakan sifat setan dan orang-orang tercela. Dengan demikian, akhlak terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
1.      Akhlak baik atau terpuji (Akhlaqul Mahmudah), yakni perbuatan baik terhadap Allah SWT., terhadap sesama manusia dan makhluk lainnya.
2.      Akhlak yang tercela, (Akhlaqul Madzmumah), yakni perbuatan buruk terhadap Allah SWT., perbuatan buruk dengan sesama manusia dan makhluk lainnya.
 Berikut akan diuraikan secara singkat mengenai akhlak buruk :
1. Akhlak buruk terhadap Allah SWT. :
a. Takabbur (Al-Kibru), yaitu sikap yang menyombongkan diri, sehingga tidak
mau mengakui kekuasaan Allah SWT. di alam ini, termasuk mengingkari nikmat Allah SWT. yang ada padanya.
b. Musyrik  (Alk-Syirk), yaitu sikap yang mempersekutukan Allah SWT. dengan makhluk-Nya, dengan cara menganggapnya bahwa ada suatu makhluk yang menyamai kekuasaan-Nya.
c. Murtad  (Ar-Riddah), yaitu sikap yang  meninggalkan atau keluar dari agama Islam, untuk menjadi kafir.
d. Munafiq (An-Nifaaq), yaitu sikap yang menampilkan dirinya bertentangan dengan kemauan hatinya dalam kehidupan beragama.
e. Riya’ (Ar-Riyaa’), yaitu sikap yang selalu menunjuknunjukkan perbuatan baik yang dilakukannya. Maka ia berbuat bukan karena Allah  SWT. melainkan hanya ingin dipuji oleh sesama manusia. Jadi perbuatan ini kebalikan dari sikap ikhlas.
f. Boros atau Berfoya-foya  (Al-Israaf), yaitu perbuatan yang selalu melampaui batas-batas ketentuan agama. Allah SWT. melarang bersikap boros, karena hal itu dapat melakukan dosa terhadap-Nya, merusak perekonomian manusia, merusak hubungan sosial dan merusak diri sendiri.
g. Rakus atau Tamak  (Al-Hirshu atau Ath-Thama’u), yaitu sikap yang tidak pernah merasa cukup, sehingga selalu ingin menambah apa yang seharusnya ia miliki, tanpa memperhatikan orang lain. Hal ini termasuk kebalikan dari rasa cukup (Al-Qanaa’ah) dan merupakan akhlak buruk terhadap Allah SWT. karena melanggar ketentuan laranganNya.
2. Akhlak buruk terhadap Manusia :
a. Mudah marah  (Al-Ghadhab),  yaitu kondisi emosi seseorang yang tidak dapat ditahan oleh kesadarannya, sehingga menonjolkan sikap dan perilaku yang tidak menyenangkan orang lain.
b. Iri hati atau dengki (Al-Hasadu atau Al-Hiqdu), yaitu sikap kejiwaan seseorang yang selalu mengingingkan agar kenikmatan dan kebahagiaan hidup orang lain bisa hilang sama sekali.
c. Mengadu-adu  (An-Namiimah), yaitu perilaku yang suka memindahkan perkataan seseorang kepada orang lain, dengan maksud agar hubungan sosial keduanya rusak.
d. Mengumpat  (Al-Ghiibah), yaitu perilaku yang suka membicarakan  keburukan seseorang kepada orang lain.
e. Bersikap congkak  (Al-Ash’aru), yaitu sikap dan perilaku yang menampilkan kesombongan, baik dilihat dari tingkah  lakunya maupun dari perkataannya.
f. Sikap kikir  (Al-Bukhlu), yaitu sikap yang tidak mau memberikan nilai materi dan jasa kepada orang lain.
g. Berbuat aniaya (Azh-Zhulmu), yaitu suatu perbuatan yang merugikan orang lain, baik kerugian materiil maupun non materiil. Dan ada juga yang mengatakan bahwa seseorang yang mengambil hak-hak orang lain termasuk perbuatan dzalim (menganiaya).        

BAB III
KESIMPULAN


            Kata akhlak berasal dari kata khilqun, yang mengandung segi-segi persesuaian kata khaliq dan makhluq. Dalam Bahasa Indonesia yang lebih mendekati maknanya dengan akhlak adalah budi pekerti. Baik budi pekerti maupun akhlak mengandung makna yang ideal, tergantung pada pelaksanaan atau penerapannya melalui tingkah laku yang mungkin positif atau baik, seperti amanah, sabar, pemaaf, rendah hati dll. Dan mungkin negatif atau buruk, seperti sombong, dendam, dengki, hianat dll.
Akhlak adalah kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindak lanjut yang dihayati dalam kenyataan hidup sehari-hari. Dari kelakuan itu lahirlah perasaan moral (moralsence) yang terdapat di dalam diri manusia sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Menurut definisi yang dikemukakan oleh Imam Al-Ghazali, akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia) yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang mudah dilakukan, tanpa terlalu banyak pertimbangan dan pemikiran yang lama.
Akhlak secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu :
1.   Akhlak terhadap Allah SWT.
2.   Akhlak terhadap makhluk (semua ciptaan Allah SWT).

DAFTAR PUSTAKA