TUGAS MAKALAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
“AKHLAK”
Disusun Oleh:
Nama /
NPM : Chika Lorenthia Nandalika /
34411962
Kelas : 2 ID05
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
BEKASI
2012
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT. Shalawat dan
salam selalu saya tuuturkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya saya mampu menyelesaikan tugas
makalah ini untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam. Ucapan
terima kasih juga saya ucapkan kepada Bapak Rahmat, selaku Dosen Mata Kuliah
Pendidikan Agama Islam atas tugas yang telah diberikan sehingga menambah
pemahaman saya tentang Akhlak.
Dalam
penyusunan tugas atau materi ini tidak sedikit hambatan yang saya hadapi. Namun
saya menyadari bahwa kelancaran dalam penulisan dan penyusunan makalah ini
tidak lain berkat Allah SWT sehingga kendala-kendala yang saya hadapi dapat
teratasi. Makalah ini disusun selain untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan
Agama Islam juga disusun untuk memperluas ilmu tentang Akhlak dalam Agama
Islam, yang saya dapatkan dari berbagai macam sumber informasi dan referensi.
Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya para Mahasiswa Universitas Gunadarma dan
yang lainnya. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna. Untuk itu kepada Dosen Mata Kuliah saya meminta masukannya demi
perbaikan pembuatan makalah saya dimasa yang akan datang dan mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca termasuk.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagaimana telah diketahui bahwa komponen
utama Agama Islam adalah akidah, syari’ah dan akhlak. Penggolongan itu
didasarkan pada penjelasan Nabi Muhammad kepada Malaikat Jibril di depan para
sahabatnya mengenai arti Islam, Iman dan Ihsan yang ditanyakan Jibril kepada
Beliau. Intinya hampir sama dengan isi yang dikandung oleh perkataan akidah,
syari’ah dan akhlak. Perkataan ihsan diatas berasal dari kata ahsana-yuhsinu-ihsanan yang
berarti berbuat baik.
Di
dalam Al-Qur’an terdapat kata ihsan yang artinya berbuat kebajikan atau
kebaikan diantaranya terdapat pada surat an-Nahl (16) ayat 90 dan kebaikan
terdapat pada surat ar-Rahman (55) ayat 60. Baik kebajikan atau kebaikan rapat
hubungannya dengan akhlak.
Kata akhlaq yang kemudian dalam bahasa
Indonesia menjadi akhlak berasal dari kata khilqun, yang
mengandung segi-segi persesuaian kata khaliq dan makhluq. Dari sinilah asal
perumusan ilmu akhlak yang merupakan koleksi ugeran yang memungkinkan timbulnya
hubungan yang baik antara makhluk dan Khalik serta antara makhluk dan makhluk
lainnya.
Akhlak menempati posisi yang sangat
penting dalam Islam. Ia dengan takwa, yang akan dibicarakan nanti, merupakan
‘buah’ pohon Islam yang berakar akidah, bercabang dan berdaun syari’ah.
Pentingnya kedudukan akhlak, dapat dilihat dari berbagai sunnah qauliyah
(sunnah dalam bentuk perkataan) Rasulullah. Diantaranya adalah :
“Sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan akhlak” (HR. Ahmad)
“Mukmin yang paling sempurna imannya
adalah orang yang paling baik akhlaknya” (H.R. Tarmizi)
Dan, akhlak Nabi Muhammad yang diutus
menyempurnakan akhlak manusia itu disebut akhlak Islam atau akhlak Islami,
karena bersumber dari wahtu Allah yang kini terdapat dari Al-Qur’an yang
menjadi sumber utama agama dan ajaran Islam. Dikalangan umat Islam masalah yang
penting ini sering kurang digambarkan secara baik dan benar kalau dibandingkan
dengan penggambaran tentant syari’at, terutama yang berhubungan dengan shalat,
sehingga akibatnya karena tidak mengenal butir-butir akhlak agama Islam, dalam
praktek, tingkah laku kebanyakan orang Islam tidak sesuain dengan akhlak Islami
yang disebut di dalam Al-Qur’an dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad dalam
kehidupan beliau sehari-hari.
BAB II
AKHLAK
2.1
Pengertian
dan Ruang Lingkup Akhlak
Kata akhlak berasal dari kata khilqun,
yang mengandung segisegi persesuaian kata khaliq dan makhluq. Dalam
Bahasa Indonesia yang lebih mendekati maknanya dengan akhlak adalah budi
pekerti. Baik budi pekerti maupun akhlak
mengandung makna yang ideal, tergantung pada pelaksanaan atau
penerapannya melalui tingkah laku yang mungkin positif atau baik, seperti amanah, sabar, pemaaf, rendah hati
dll. Dan mungkin negatif atau buruk, seperti sombong, dendam, dengki, hianat
dll.
Akhlak adalah kelakuan yang timbul
dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan
kebiasaan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindak lanjut yang dihayati
dalam kenyataan hidup sehari-hari. Dari kelakuan itu lahirlah perasaan moral
(moralsence) yang terdapat di dalam diri manusia sebagai fitrah, sehingga ia
mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Menurut definisi yang
dikemukakan oleh Imam Al-Ghazali, akhlak
adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia) yang dapat melahirkan
suatu perbuatan yang mudah dilakukan,
tanpa terlalu banyak pertimbangan dan pemikiran yang lama. Suri teladan yang
diberikan Rasulullah SAW. selama hidup beliau merupakan contoh akhlak yang
tercantum dalam Al-Qur’an. Butir-butir akhlak yang baik yang disebut dalam ayat
yang ada di dalam AlQur’an terdapat juga dalam Al-Hadits yang memuat perkataan,
tindakan dan sikap diam Nabi Muhammad
SAW. selama kerasulan beliau 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah. Menurut Siti‘Aisyah ra.
(Isteri Rasulullah SAW.), bahwa akhlak
Rasulullah SAW adalah Al-Qur’an. Dan di dalam Al-Qur’an pun Rasulullah SAW. Dipuji
oleh Allah SWT. dengan Firman-Nya
“Dan
engkau Muhammad, sungguh memiliki akhlak yang
agung”.
(QS. Al-Qalam ayat 4).
Suatu perbuatan baru dapat disebut
sebagai cerminan akhlak, jika memenuhi syarat :
1.
Dilakukan berulang-ulang sehingga hampir
menjadi suatu kebiasaan.
2.
Timbul dengan sendirinya, tanpa
pertimbangan yang lama dan dipikir-pikir terlebih dahulu.
Secara garis besarnya akhlak dibagi dua,
yaitu :
1. Akhlak terhadap Allah SWT.
2. Akhlak terhadap makhluk (semua
ciptaan Allah SWT.)
Akhlak terhadap makhluk dapat dibagi
dua, yaitu :
1. Akhlak terhadap manusia
2. Akhlak terhadap bukan manusia
Akhlak terhadap manusia dibagi dua,
yaitu :
1. Akhlak terhadap diri sendiri
2. Akhlak terhadap orang lain
Akhlak terhadap bukan manusia dibagi
dua, yaitu :
1. Akhlak
terhadap makhluk hidup bukan manusia, seperti akhlak
terhadap tumbuh-tumbuhan (flora)
dan hewan (fauna)
2.
Akhlak terhadap makhluk (mati) bukan
manusia, seperti akhlak
terhadap tanah, air, udara dsb.
Akhlak terhadap manusia dan
bukan manusia, kini disebut akhlak
terhadap lingkungan hidup
2.2
AKHLAK KEPADA ALLAH
Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau
perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Tuhan
sebagai Khalik. Sikap atau perbuatan itu memiliki ciri-ciri perbuatan akhlak
sebagaimana telah disebut diatas. Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa
manusia perlu beakhlak kepada Allah.
Pertama, karena Allah-lah yang
mencipatakan manusia. Dia yang menciptakan manusia dari air yang ditumpahkan
keluar dari tulang punggung dan tulang rusuk hal ini sebagaimana di firmankan
oleh Allah dalam surat at-Thariq ayat 5-7 yang artinya sebagai berikut :
“(5) Maka hendaklah manusia memperhatikan
dari apakah dia diciptakan?, (6) Dia tercipta dari air yang terpancar. (7) yang
terpancar dari tulang sulbi dan tulang dada.”(at-Thariq : 5-7)
Kedua, karena Allah-lah yang telah
memberikan perlengkapan panca indera, berupa pendengaran, penglihatan, akal
pikiran dan hati sanubari, disamping anggota badan yang kokoh dan sempurna
kepada manusia. Firman Allah dalam surat, an-Nahl ayat 78 yang artinya adalah :
“Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari
perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur”. ( Q.S an-Nahal : 78)
Ketiga, karena Allah-lah yang telah
menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup
manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara,
binatang ternak dan lainnya. Firman Allah dalam surat al-Jatsiyah ayat 12-13
yang memiliki arti sebagai berikut :
"(12) Allah-lah yang menundukkan
lautan untuk kamu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya,
supaya kamu dapat mencari sebagian dari karunia-Nya dan mudah-mudahan kamu
bersyukur. (13) Dan Dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di langit dan apa
yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari pada Nya. Sesungguhnya pada
yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kamu yang
berpikir.” (Q.S al-Jatsiyah : 12-13 )
Keempat, Allah-lah yang telah memuliakan
manusia dengan diberikannya kemampuan, daratan dan lautan. Firman Allah dalam
surat Al-Israa' ayat, 70 yang memiliki arti, yaitu :
"Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak cucu Adam, Kami angkut mereka dari daratan dan lautan, Kami beri mereka dari rizki yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (Q.S al-Israa : 70)
Sementara
itu menurut pendapat Quraish Shihab bahwa titik tolak akhlak kepada Allah
adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dia memiliki
sifat-sifat terpuji, demikian agung sifat itu, jangankan manusia malaikat pun
tidak akan mampu menjangkaunya.
Sedangkan
menurut Kahar Masyhur dalam bukunya yang berjudul “Memnina Moral dan Akhlak”
bahwa akhlak terhadap Allah itu antara lain :
1. Cinta
dan ikhlas kepada Allah SWT.
2. Berbaik
sangka kepada Allah SWT.
3. Rela
terhadap kadar dan qada (takdir baik dan buruk) dari Allah SWT.
4. Bersyukur
atas nikmat Allah SWT.
5. Bertawakal
/ berserah diri kepada Allah SWT.
6. Senantiasa
mengingat Allah SWT.
7. Memikirkan
keindahan ciptaan Allah SWT.
8. Melaksanakan
apa yang diperintahkan dan dilarang Allah SWT.
Dari uraian-uraian diatas dapat dipahami
bahwa akhlak terhadap Allah SWT, yaitu bahwa manusia seharusnya selalu
mengabdikan diri hanya kepada-Nya sematadengan penuh keikhlasan dan bersyukur
kepada-Nya, sehingga ibadah yang dilakukan ditunjukkan untuk memperoleh
keridhaan-Nya. Dalam melaksanakan kewajiban yang diperintahkan oleh Allah,
terutama melaksanakan ibadah-ibadah pokok, seperti shalat, zakat, puasa, haji,
haruslah menjaga kebersihan badan dan pakaian, lahir dan batin dengan penuh
keikhlasan. Tentu yang tersebut bersumber kepada Al-Qur’an yang harus
dipelajari dan dipelihara kemurniannyadan pelestariannya oleh umat Islam.
2.3
AKHLAK TERHADAP SESAMA MANUSIA
Banyak sekali rincian yang dikemukakan
Al-Qur'an berkaitan dengan perlakuan sesama manusia. Petunjuk dalam hal ini
bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negative seperti membunuh,
menyakiti badan, atau mengambil harta tanpa alasan yang benar, tetapi juga
sampai kepada menyakiti hati dengan cara menceritakan aib sesorang
dibelakangnya, tidak perduli aib itu benar atau salah. Dalam hal ini Allah
berfiman dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 263 yang artinya sebagai
berikut:
"Perkataan yang baik dan pemberian
ma'af, lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan
(perasaan penerimanya), Allah Maha Kaya Lagi Maha Penyantun.” (al-Baqarah :263)
Di
sisi lain Al-Qur'an menekankan bahwa setiap orang hendaknya didudukan secara
wajar. Tidak masuk kerumah orang lain tanpa izin, jika bertemu saling
mengucapkan salam, dan ucapan yang dikeluarkan adalah ucapan yang baik, hal ini
dijelaskan dalam surat an-Nur ayat 24 yang dapat diartikan sebagai berikut :
"Pada hari (ketika), lidah, tangan
dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka
kerjaka”. (An-Nur : 24)
2.4
AKHLAK TERHADAP MAKHLUK SELAIN MANUSIA
Yang dimaksud dengan lingkungan adalah segala sesuatu yang disekitar
manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan maupun benda-benda yang tidak bernyawa.
Pada
dasarnya akhlak yang diajarkan al-Qur'an terhadap lingkungan bersumber dari
fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara
manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung
arti pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan, agar setiap makhluk mencapai
tujuan penciptaanya.
Dalam pandangan Islam, seseorang tidak
dibenarkan mengambil buah sebelum matang, atau memetik bunga sebelum mekar,
karena hal ini berarti tidak memberi kesempatan kepada makhluk untuk mencapai
tujuan penciptaannya. Ini berarti manusia dituntut mampu menghormati proses
yang sedang berjalan, dan terhadap proses yang sedang terjadi. Yang demikian
mengantarkan manusia bertangung jawab, sehingga ia tidak melakukan perusakan
terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada diri manusia itu
sendiri. Binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa semuanya di
ciptakan oleh Allah SWT, dan menjadi milik-Nya, serta kesemuanya memiliki
ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan seorang muslim untuk
menyadari bahwa semunya adalah "umat" Tuhan yang harus diperlakukan
secara wajar dan baik.
2.5
PERBANDINGAN
UKURAN AKHLAK dengan FILSAFAT ETIKA
Perkataan akhlak sering juga disamakan
dengan kesusilaan atau sopan santun. Bahkan, supaya kedengarannya lebih modern
dan mendunia, perkataan akhlak kini sering diganti dengan kata moral atau etka.
Moral berasal dari Bahasa Latin yakni Mores, jamak kata mos yang berarti adat
kebiasaan. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, moral artinya ajaran tentang baik
buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, budi pekerti dan
akhlak. Moral adalah istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas suatu
sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang layak dikatakan benar,
salah, baik dan buruk. Dimasukkannya penilaian benar atau salah ke dalam moral,
jelas menunjukkan salah satu perbedaan antara moral dengan akhlak, sebab benar
salah adalah penilaian di pandang dari sudut hukum yang di dalam agama Islam
tidak dapat dicerai pisahkan dengan akhlak.
Etika berasal dari Bahasa Yunani
yakni Ethos, yang berarti kebiasaan. Yang dimaksud adalah kebiasaan baik atau kebiasaan buruk. Umumnya,
kata etika diartikan sebagai ilmu. Makna etika dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak
dan kewajiban moral atau akhlak. Di dalam Ensiklopedi Pendidikan, diterangkan
bahwa etika adalah filsafat tentang nilai, kesusilaan tentang baik dan buruk.
Kecuali mempelajari nilai-nilai, etika merupakan pengetahuan tentang nilai-nilai
itu sendiri. Sebagai cabang filsafat
yang mempelajari tingkah laku manusia untuk menentukan nilai perbuatan baik atau buruk, ukuran yang dipergunakannya
adalah akal pikiran. Akallah yang menentukan apakah perbuatan manusia itu baik
atau buruk. Kalau moral dan etikadiperbandingkan, maka moral lebih bersifat praktis, sedangkan etika bersifat
teoritis. Moral bersifat lokal, sedangkan etika bersifat umum (regional).
Akhlak Islami berbeda dengan moral
dan etika. Perbedaannya dapat dilihat terutama dari sumber yang menentukan mana
yang baik dan mana yang buruk. Yang baik menurut akhlak adalah segala sesuatu
yang berguna, yang sesuai dengan nilai dan norma agama; nilai dan norma yang
terdapat dalam masyarakat, bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Yang
buruk adalah segala sesuatu yang tidak berguna, tidak sesuai dengan nilai dan
norma agama serta nilai dan norma masyarakat, merugikan masyarakat dan diri
sendiri. Yang menentukan baik dan buruk suatu sikap yang melahirkan perilaku
atau perbuatan manusia, di dalam agama dan ajaran Islam adalah AlQur’an yang
dijelaskan dan dikembangkan oleh Rasulullah SAW
dengan sunnah beliau yang kini dapat dibaca dalam kitab-kitab hadits. Yang
menentukan perbuatan baik atau buruk dalam moral dan etika adalah adat istiadat
dan pikiran manusia dalam masyarakat pada suatu tempat di suatu masa. Di pandang dari sumbernya, akhlak islami bersifat
tetap dan berlaku untuk selama-lamanya, sedangkan moral dan etika berlaku
selama masa tertentu di suatu tempat tertentu. Konsekuensinya, akhlak Islami
bersifat mutlak, sedangkan
moral dan etika bersifat relatif
(nisbi).
2.6
IMPLEMENTASI
AKHLAK dalam KEHIDUPAN BERSAMA.
Butir-butir akhlak di dalam
Al-Qur’an dan Al-Hadits bertebaran laksana gugusan bintang-bintang di langit. Selain satu butir dapat dilihat dari
berbagai segi, juga mempunyai kaitan bahkan persamaan dengan taqwa. Karena itu
hanya dicantumkan beberapa saja sebagai contoh, diantaranya adalah :
1. Akhlak
terhadap Allah SWT. antara lain :
a. Al-Hubb,
yaitu mencintai Allah SWT. melebihi cinta kepada apa dan siapapun juga dengan
mempergunakan firman-Nya dalam Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dan kehidupan;
Kecintaan kita kepada Allah SWT. diwujudkan dengan cara melaksanakan segala
perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.
b. Al-Raja,
yaitu mengharapkan karunia dan berusaha memperoleh keridhaan Allah SWT.
c. As-Syukr,
yaitu mensyukuri nikmat dan karunia Allah SWT.
d. Qana’ah,
yaitu menerima dengna ikhlas semua qadha dan qadhar Allah SWT. setelah
berikhtiar maksimal (sebanyakbanyaknya, hingga batas tertinggi).
e. Memohon
ampun hanya kepada Allah SWT.
f. At-Taubat,
yaitu bertaubat hanya kepada Allah SWT. Taubat yang paling tinggi adalah
taubat nasuha yaitu taubat benarbenar
taubat, tidak lagi melakukan perbuatan sama yang dilarang Allah SWT. dan dengan
tertib melaksanakan semua perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.
g. Tawakal
berserah diri kepada Allah SWT.
2.
Akhlak terhadap Makhluk, dibagi dua yakni :
A.
Akhlak terhadap Manusia, diantaranya :
1) Akhlak
terhadap Rasulullah (Nabi Muhammad SAW.), diantaranya.
a
Mencintai Rasulullah SAW. secara tulus dengan mengikuti semua sunnahnya.
b.
Menjadikan Rasulullah SAW. sebagai idola, suri teladan dalam hidup dan
kehidupan.
c.
Menjalankan apa yang disuruh-Nya, tidak melakukan apa yang dilarang-Nya.
2) Akhlak
terhadap Orang Tua (birrul walidain), diantaranya :
a. Mencintai
mereka melebihi cinta kepada kerabat lainnya.
b. Merendahkan
diri kepada keduanya diiringi perasaan kasih sayang.
c. Berkomunikasi
dengan orang tua dengan hikmat, mempergunakan kata-kata lemah lembut.
d. Berbuat
baik kepada bapak-ibu dengan sebaikbaiknya, dengan mengikuti nasehat baiknya,
tidak menyinggung perasaan dan menyakiti hatinya, membuat bapak-ibu ridha.
e. Mendo’akan
keselamatan dan keampunan bagi mereka kendatipun seorang atau kedua-duanya
telah meninggal dunia.
3) Akhlak
terhadap Diri Sendiri, diantaranya :
a. Memelihara
kesucian diri.
b. Menutup
aurat (bagian tubuh yang tidak boleh kelihatan, menurut hukum dan akhlak
Islam).
c. Jujur
dalam perkataan dan berbuat ikhlas serta rendah diri.
d. Malu
melakukan perbuatan jahat.
e. Menjauhi
dengki dan menjauhi dendam.
f. Berlaku
adil terhadap diri sendiri dan orang lain.
g. Menjauhi
segala perkataan dan perbuatan sia-sia.
4) Akhlak
terhadap Keluarga, diantaranya :
a. Saling
membina rasa cinta dan kasih sayang
dalam kehidupan keluarga
b. Saling
menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak.
c. Berbakti
kepada bapak-ibu.
d. Mendidik
anak-anak dengan kasih sayang.
e. Memelihara
hubungan silahturrahim dan melanjutkan silahturrahmi yang dibina orang tua yang telah meninggal
dunia.
5) Akhlak
terhadap Tetangga, diantaranya :
a. Saling
mengunjungi.
b. Saling
bantu di waktu senang, lebih-lebih tatkala susah.
c. Saling
beri-memberi, saling hormat-menghormati.
d. Saling
menghindari pertengkaran dan permusuhan.
6) Akhlak
terhadap Masyarakat, diantaranya :
a. Memuliakan
tamu.
b. Menghormati
nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat bersangkutan.
c. Saling
menolong dalam melakukn kebajikan dan taqwa.
d. Menganjurkan
anggota masyarakat termasuk diri sendiri berbuat baik dan mencegah diri sendiri
dan orang lain melakukan perbuatan jahat (mungkar).
e. Memberi
makan fakir miskin dan berusaha melapangkan hidup dan kehidupannya.
f. Bermusyawarah
dalam segala urusan mengenai kepentingan bersama.
g. Mentaati
putusan yang telah diambil.
h. Menunaikan
amanah dengan jalan melaksanakan kepercayaan yang diberikan seseorang atau
masyarakat kepada kita.
i.
Menepati janji.
7) Akhlak terhadap Bukan Manusia (Lingkungan Hidup) diantaranya :
a. Sadar
dan memelihara kelestarian lingkungan hidup.
b. Menjaga
dan memanfaatkan alam terutama hewani dan nabati, flora dan fauna yang sengaja
diciptakan Allah SWT. untuk kepentingan manusia dan makhluk lainnya.
c. Sayang
pada sesama makhluk.
Butir-butir di atas merupakan akhlak yang baik. Ulama akhlak menyatakan
bahwa akhlak yang baik merupakan sifat para Nabi dan orang-orang shiddiq,
sedangkan akhlak yang buruk merupakan sifat setan dan orang-orang tercela.
Dengan demikian, akhlak terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
1.
Akhlak baik atau terpuji (Akhlaqul
Mahmudah), yakni perbuatan baik terhadap Allah SWT., terhadap sesama manusia
dan makhluk lainnya.
2.
Akhlak yang tercela, (Akhlaqul
Madzmumah), yakni perbuatan buruk terhadap Allah SWT., perbuatan buruk dengan
sesama manusia dan makhluk lainnya.
Berikut akan diuraikan secara singkat mengenai
akhlak buruk :
1. Akhlak buruk terhadap Allah SWT. :
a. Takabbur (Al-Kibru), yaitu sikap
yang menyombongkan diri, sehingga tidak
mau mengakui kekuasaan Allah SWT.
di alam ini, termasuk mengingkari nikmat Allah SWT. yang ada padanya.
b.
Musyrik (Alk-Syirk), yaitu sikap yang
mempersekutukan Allah SWT. dengan makhluk-Nya, dengan cara menganggapnya bahwa
ada suatu makhluk yang menyamai kekuasaan-Nya.
c.
Murtad (Ar-Riddah), yaitu sikap
yang meninggalkan atau keluar dari agama
Islam, untuk menjadi kafir.
d.
Munafiq (An-Nifaaq), yaitu sikap yang menampilkan dirinya bertentangan dengan
kemauan hatinya dalam kehidupan beragama.
e.
Riya’ (Ar-Riyaa’), yaitu sikap yang selalu menunjuknunjukkan perbuatan baik
yang dilakukannya. Maka ia berbuat bukan karena Allah SWT. melainkan hanya ingin dipuji oleh sesama
manusia. Jadi perbuatan ini kebalikan dari sikap ikhlas.
f.
Boros atau Berfoya-foya (Al-Israaf),
yaitu perbuatan yang selalu melampaui batas-batas ketentuan agama. Allah SWT.
melarang bersikap boros, karena hal itu dapat melakukan dosa terhadap-Nya,
merusak perekonomian manusia, merusak hubungan sosial dan merusak diri sendiri.
g.
Rakus atau Tamak (Al-Hirshu atau Ath-Thama’u),
yaitu sikap yang tidak pernah merasa cukup, sehingga selalu ingin menambah apa
yang seharusnya ia miliki, tanpa memperhatikan orang lain. Hal ini termasuk
kebalikan dari rasa cukup (Al-Qanaa’ah) dan merupakan akhlak buruk terhadap
Allah SWT. karena melanggar ketentuan laranganNya.
2.
Akhlak buruk terhadap Manusia :
a.
Mudah marah (Al-Ghadhab), yaitu kondisi emosi seseorang yang tidak
dapat ditahan oleh kesadarannya, sehingga menonjolkan sikap dan perilaku yang
tidak menyenangkan orang lain.
b.
Iri hati atau dengki (Al-Hasadu atau Al-Hiqdu), yaitu sikap kejiwaan seseorang
yang selalu mengingingkan agar kenikmatan dan kebahagiaan hidup orang lain bisa
hilang sama sekali.
c.
Mengadu-adu (An-Namiimah), yaitu
perilaku yang suka memindahkan perkataan seseorang kepada orang lain, dengan
maksud agar hubungan sosial keduanya rusak.
d.
Mengumpat (Al-Ghiibah), yaitu perilaku
yang suka membicarakan keburukan
seseorang kepada orang lain.
e.
Bersikap congkak (Al-Ash’aru), yaitu
sikap dan perilaku yang menampilkan kesombongan, baik dilihat dari tingkah lakunya maupun dari perkataannya.
f.
Sikap kikir (Al-Bukhlu), yaitu sikap
yang tidak mau memberikan nilai materi dan jasa kepada orang lain.
g.
Berbuat aniaya (Azh-Zhulmu), yaitu suatu perbuatan yang merugikan orang lain,
baik kerugian materiil maupun non materiil. Dan ada juga yang mengatakan bahwa
seseorang yang mengambil hak-hak orang lain termasuk perbuatan dzalim
(menganiaya).
BAB III
KESIMPULAN
Kata akhlak berasal dari kata khilqun, yang mengandung
segi-segi persesuaian kata khaliq dan makhluq. Dalam Bahasa Indonesia yang
lebih mendekati maknanya dengan akhlak adalah budi pekerti. Baik budi pekerti
maupun akhlak mengandung makna yang ideal, tergantung pada pelaksanaan atau
penerapannya melalui tingkah laku yang mungkin positif atau baik, seperti
amanah, sabar, pemaaf, rendah hati dll. Dan mungkin negatif atau buruk, seperti
sombong, dendam, dengki, hianat dll.
Akhlak adalah kelakuan yang timbul dari
hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan
yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindak lanjut yang dihayati dalam
kenyataan hidup sehari-hari. Dari kelakuan itu lahirlah perasaan moral (moralsence)
yang terdapat di dalam diri manusia sebagai fitrah, sehingga ia mampu
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Menurut definisi yang
dikemukakan oleh Imam Al-Ghazali, akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam
jiwa (manusia) yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang mudah dilakukan,
tanpa terlalu banyak pertimbangan dan pemikiran yang lama.
Akhlak secara garis besar dibagi menjadi 2
yaitu :
1. Akhlak terhadap Allah
SWT.
2. Akhlak terhadap
makhluk (semua ciptaan Allah SWT).
DAFTAR PUSTAKA