Sabtu, 30 Mei 2015

KAJIAN SISTEM MANAJEMEN TERPADU (ISO 9001:2000 dan ISO 22000:2005 DIPERUSAHAAN GULA REFINASI

Isu  keamanan  pangan  kerap  menjadi  sesuatu  yang  disepelekan  perusahaan pangan tetapi akan berdampak besar ke bisnis perusahaan tersebut jika  sampai  terjadi.  Jaminan keamanan pangan merupakan persyaratan dasar untuk  seluruh  aktivitas  yang  meliputi  rantai  pangan,  seperti  produksi, distribusi,  sampai  konsumsi. Pangan yang akan dibahas dalam kajian sistem manajem ini yaitu gula refinasi. Banyak perusahaan gula memperoleh penghargaan ISO namun terkadang masih didapati sistem manajemen yang tidak sesuai dengan penghargaan yang diperoleh. Pada jurnal ini diamati suatu perusahaan pangan.
Berdasarkan hasil yang diperoleh perusahaan A mendapatkan penghargaan ISO 22000:2005 dan ISO 9001:2000, dimana ISO ini membahas mengenai penjamin  keamanan  pangan  di  keseluruhan  rantai  pangan  bagi seluruh  organisasi  yang  bergerak  di  bidang  pangan  di  seluruh  dunia. Penghargaan yang diperoleh mengalami ketidaksesuaian dengan apa yang terjadi lapangan. Mengatasi ketidaksesuaian tersebut maka dilakukan analisis secara keselurahan dalam menetapkan ISO 22000:2005 dan ISO 9001:2000. Cara untuk menetapkan ISO tersebut dapat menggunakan cara HACCP. HACCP  adalah  suatu  sistem  jaminan  mutu  yang  berdasarkan kepada  kesadaran  bahwa  bahaya  (hazard)  dapat  timbul  pada  berbagai titik  atau  tahap  produksi  tertentu  Bahaya-bahaya  yang  dimaksud  bisa berupa bahaya yang bersifat fisik, kimia, atau biologi yang bisa terdapat pada  bahan  baku  maupun  proses. 
HACCP merupakan  piranti  sistem  keamanan  pangan  yang  disusun  oleh Codex  Alimentarius  Commission.  HACCP  dengan  5  langkah  awal  dan  7 prinsip  penerapannya  merupakan  perangkat  sistem  yang  efektif  untuk mengendalikan  titik-titik  kritis  dalam  industri  pangan.  ISO  9001:2000 merupakan sistem manajemen mutu, sedangkan   ISO 22000:2005 merupakan  sistem  manajemen  keamanan  pangan  yang  disusun  oleh  The  International  Organization  for  Standardization  (ISO).  ISO  9001:2000  bermanfaat  sebagai  panduan,  arahan,  acuan  sistem  manajemen  mutu  bagi  organisasi.  ISO  22000:2005  bermanfaat  sebagai  acuan  dan  panduan  untuk  pengoptimasian sumberdaya, penyeragam komunikasi keamanan pangan antar organisasi yang terkait  dalam  bidang  usaha  pangan,  dan  pengendalian  sistem  keamanan pangan  yang  dinamis  dan  efisien.  HACCP,  ISO  9001:2000,  dan  ISO 22000:2005 memiliki keterkaitan satu sama lainnya.  Melalui  kajian  ketiga sistem  HACCP,  ISO  22000:2005,  dan  ISO 9001:2000  terdapat  keterkaitan  sehingga  memungkinkan  terjadinya pengintegrasian  ketiga  sistem  tersebut.  ISO  mengintegrasikan  kaedah  dan prinsip-prinsip  HACCP  ke  dalam  ISO  22000:2005,  dan  menjadikannya sebagai  salah  satu  elemen  kunci,  selain  pre  requisite  programme  (PRP), sistem  manajemen,  dan  komunikasi  interaktif.  Keterkaitan  antara  ISO 9001:2000 dan  ISO 22000:2005 dapat dilihat dari perbedaan dan persamaan yang dimiliki masing-masing standar tersebut. Pengintegrasian ISO 9001:2000 dan ISO 22000:2005 mengambil beberapa persamaan yang ada. Hasil analisis sistem menunjukkan bahwa  ada  lima bagian  sistem  yang bisa diintegrasikan antara  ISO  9001:2000  dan  ISO  22000:2005, yaitu  kebijakan  dan  sasaran, wakil  manajemen,  pengendalian  dokumen  dan catatan,  audit,  dan  tinjauan manajemen.  Berdasarkan  analisis  ketidaksesuaian sistem  manajemen  terpadu  di  PT Gula Rafinasi A diketahui terdapat 4 ketidaksesuaian untuk sistem manajemen mutu  dan  5  ketidaksesuaian  untuk  sistem  manajemen  keamanan  pangan. Ketidaksesuaian  sistem  manajemen mutu  dengan  ISO  9001:2000  meliputi masalah  pembelian  (klausul  7.4),  tindakan  koreksi  (klausul  8.5.2)  dan tindakan  pencegahan  (klausul  8.5.3), pengendalian  produksi  dan  penyediaan jasa (klausul 7.5.1) untuk area process dan warehouse.
Ketidaksesuaian sistem manajemen  keamanan  pangan  dengan  ISO  22000:2005  meliputi  sanitation standard  operation  procedure  (SSOP)  (klausul  7.2.1),  pest  control  (klausul 6.3  dan  7.2.1),  pengendalian  operational pre  requisite  programme  (OPRP) (klausul    7.5  poin  b  yang  mengacu  ke  klausul  7.4.4),  pengendalian pemantauan dan pengukuran (klausul 8.3), dan tindakan saat hasil pemantauan melebihi batas kritis (klausul 7.6.5).  Tindakan yang  dilakukan  untuk menangani  ketidaksesuaian  yang  terjadi adalah penyusunan  solusi  alternatif  yang  dilakukan  bersama  antara  tim konsultan Premysis  Consulting  dengan  tim mutu  dan  keamanan  pangan  PT Gula Rafinasi  A.  Solusi  alternatif  yang  disusun  berjumlah  9  buah.  Solusi sistem manajemen mutu  sebanyak  4  buah  dan  sistem manajemen  keamanan pangan sebanyak 5 buah.  Setelah  waktu  yang  ditentukan  untuk  menyelesaikan  ketidaksesuaian selama  3  bulan,  dilakukan  verifikasi  sistem  manajemen terpadu  PT  Gula Rafinasi  A.  Solusi  alternatif  yang  disusun  mampu  menyelesaikan  semua ketidaksesuaian sistem manajemen mutu. Namun, solusi alternatif hanya bisa menyelesaikan  3  ketidaksesuaian  sistem manajemen  keamanan  pangan. Saat verifikasi,  ditemukan  ketidaksesuaian  baru  untuk  sistem  anajemen keamanan pangan sebanyak 2 buah. Hasil verifikasi diinformasikan dan dibahas bersama antara tim konsultan Premysis  Consulting dengan  tim  mutu  dan  keamanan  pangnn  PT  Gula Rafinasi A. Selanjutnya,  dilakukan  penyusunan  solusi  alternatif  tahap  kedua untuk menyelesaikan ketidaksesuaian yang masih ada. Secara keseluruhan, PT Gula Rafinasi A  sudah menerapkan  sistem manajemen  terpadu berbasis  ISO 9001:2000 dan ISO 22000:2005. 
Berdasarkan kajian tersebut maka sebaiknya perusahaan yang telah menerapkan atau akan menerapkan sistem manajemen terpadu haruslah terus memperhatikan perkembangan yang ada sehingga dapat diminimalisirkan ketidaksesuaian yang mungkin terjadi.

SUMBER :